Salah satu kegiatan Ramadhan yang dihadirkan Gerakan
Islam Cinta ialah tadarus baca. Acara ini berpusat di UIN SGD Bandung, Selasa
(14/5). Kali ini, buku yang dibahas adalah karya Ayi Yunus Rusyana, Fikih
Milenial.
Sesuai judulnya, Fikih Milenial berisi
mengenai pedoman apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh umat Islam.
Kemudian, gaya tuturnya serta konteks persoalannya berkaitan dengan gaya hidup
kaum milenial.
Misalnya, salah satu bab menjelaskan bagaimana hukum
Islam terkait musik. Ayi memaparkan, bagaimana musik justru bisa dibuat sebagai
media dakwah. Hal itu sudah dilakukan beberapa musisi di Indonesia. “Bukan
hanya melihatnya secara kaidah fikih, tapi juga dengan kritis tanpa melepas
ilmu dasar Islam,” kata Ayi Yunus Rusyana, Selasa (14/5).
Selain soal musik, buku ini juga menyajikan bagaimana
hukum fikih tentang pelbagai persoalan milenial lainnya, seperti jilbab cadar,
lukisan, video, dan lain-lain.
Ikut
Mendorong Minat Baca
Minat baca masyarakat Indonesia cukup rendah. Berdasarkan
data Programme
for International Student Assessment (PISA), Indonesia
menempati peringkat 64 dari 72 negara yang rutin membaca.
Hal itu melatarbelakangi Gerakan Islam Cinta untuk
merancang acara bertajuk “Literasi Islam Cinta.” Ketua Gerakan Islam Cinta,
Eddy Aqdhiwijaya memaparkan bagaimana terbentuknya buku serial Gen Islam Cinta.
Sebanyak 20 buku dibuat oleh para penulis dari berbagai macam latar belakang
dengan sasaran pembaca milenial.
“Kita punya inisiatif untuk menerbitkan buku-buku populer
yang bisa dibaca oleh milenial dan dibawa kemana-mana,” kata Eddy di UIN Sunan
Gunung Djati, Kota Bandung, Selasa (14/5).
Buku serial Gen Islam Cinta berawal dari bantuan dari
Pusat Pengkajian islam dan Masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Eddy
lantas mengumpulkan 20 penulis dengan waktu penggarapan tulisan tiga bulan
saja.
Eddy menyebut, 20 buku tersebut dicetak hingga 10 ribu
eksemplar. Kemudian, masing-masing dicetak 500 buku per serial. Semua buku
lantas diberikan secara gratis kepada pembaca sasaran. “Alhamdulillah dengan
berbagai dorongan kami bisa menerbitkan 20 buku yang bisa didapatkan secara
gratis,” katanya.
Target pembaca adalah kalangan milenial. Karena itu,
seluruh isi buku menyinggung berbagai macam tema yang mudah diserap pembaca
dari usia milenial. Namun, tidak menutup kemungkinan buku ini bisa diterima
oleh semua kalangan. “Kita eksplorasi bagaimana buku bisa terlihat eyecatchingdengan
desain yang segar dan ringan dibaca. Sehingga isinya pun tidak seperti
menggurui,” katanya.
Serial buku tersebut dibuat oleh beberapa penulis dari
berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga dosen. Di antara judul
buku-buku ini adalah Jihad Perempuan Milenial, Hidup
Sehat Ala Milenial, dan Akhlak Nge-Medsos. Eddy
berharap dengan adanya buku ini tak hanya meningkatkan minat literasi, tetapi
juga menebar kebaikan di tengah masyarakat.
“Sehingga mereka mendapat wawasan keislaman yang damai
dan menyejukkan sehingga mereka tidak mudah terpapar kekerasan atas nama agama,
tidak mudah terpapar gerakan ekstremis. Dengan 20 buku ini bisa menjadikan
benteng bagi mereka,” katanya.
Membaca tidak hanya dilakukan kala waktu luang. Namun,
hal itu memang sebaiknya dibiasakan secara terus-menerus. “Kalau ini sudah
dijadikan prinsip hidup, di manapun kita berada pasti buku itu dibawa,” kata
Eddy.